Sunday, August 8, 2010

Cabang Ilmu Kimia

Beberapa cabang ilmu kimia di antaranya sebagai berikut:
  1. Kimia analitik, yakni ilmu kimia yang mempelajari cara menganalisis suatu zat baik komposisi maupun strukturnya
  2. Kimia organik, yakni ilmu kimia yang mempelajari struktur, sifat, proses dan reaksi senyawa organik
  3. Kimia anorganik, yaitu ilmu kimia yang mempelajari tentang sifat dan reaksi senyawa anorganik
  4. Kimia inti, yaitu ilmu kimia yang mempelajari tentang bagaimana proses terjadinya reaksi inti
  5. Kimia teori, yaitu ilmu kimia yang mengkaji kimia dari aspek teori dengan dukungan ilmu matematika dan fisika.
  6. Kimia fisik, yaitu ilmu kimia yang mempelajari sifat-sifat fisik pada proses kimia.
  7. Biokimia, yaitu ilmu kimia yang mempelajari sifat, proses dan aktivitas kimiawi dalam sel hidup (organisme)
  8. Kimia pangan, adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari proses-proses, penggunaan dan pengaruh bahan-bahan kimia terhadap pangan serta interaksi bilogis dan non-biologis pada makanan.
  9. Nanokimia, yaitu ilmu kimia yang mempelajari pengaruh molekul-molekul organik yang terlibat dalam aktivitas sel
  10. Neurokimia, yaitu ilmu kimia yang mempelajari tentang molekul-molekul organik yang terdapat pada aktivitas sel saraf. Dari asal katanya Neurokimia dapat berarti kimia saraf/neuron.
  11. Bioremediasi, yaitu ilmu yang mempelajari manfaat mikroorganisme dalam mencegah polusi lingkungan.
  12. Kimia Pertanian, yaitu ilmu yang mempelajari manfaat dan dampak penggunaan bahan-bahan kimia dalam bidang pertanian.
  13. Kimia Flavor, yaitu ilmu kimia yang mempelajari pembuatan perisa (penyedap makanan) dengan menggunakan bahan kimia.
  14. Kimia Hijau (Green Chemistry), adalah suatu kajian ilmu kimia yang mempelajari bagaimana cara memperkecil (normalisasi) penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya.
  15. Kimia matematika, adalah ilmu kimia yang mempelajari gejala-gejala kimia dengan menggunakan fungsi-fungsi matematis (aplikasi fungsi matematika pada gejala-gejala kimia).
  16. Stoikiometri, yaitu ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif zat dengan reaksi-reaksinya.
  17. Kimia Permukaan, yaitu ilmu yang mempelajari reaksi-reaksi kimia yang terjadi di permukaan.
  18. Kimia Sintesis, yaitu ilmu yang mempelajari cara memperoleh produk-produk kimia dengan menggunakan reaksi kimia.
  19. Sonokimia, yaitu ilmu yang mempelajari penggunaan gelombang suara dalam proses kimia.
  20. Kimia Organik Fisik, yaitu ilmu yang mempelajari kimia organik ditinjau dari proses fisika.
  21. Farmakologi, yaitu ilmu kimia yang mempelajari tentang obat-obatan (farmasi).
  22. Imunokimia, yaitu ilmu kimia yang mempelajari aktivitas kimiawi pada sistem kekebalan tubuh.
  23. Fitokimia, yakni ilmu kimia yang mempelajari zat-zat kimia yang terdapat pada tumbuhan
  24. Geokimia, yakni ilmu kimia yang mempelajari struktur bumi berdasarkan unsur-unsur kimia yang terkandung pada bumi.
  25. Termokimia, yaitu ilmu kimia yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara panas dan reaksi kimia, juga hubungan antara panas dan perubahan fisika yang dilihat dari segi termodinamika kimia.
Larutan Buffer dalam Darah

Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam/basa atau ketika diencerkan. Buffer terdiri dari asam lemah dan garamnya/basa konjugasinya atau basa lemah dan garamnya/asam konjugasinya. Salah satu contoh larutan buffer adalah darah. Buffer dalam darah terdiri dari H2CO3 ( asam lemah ) dan HCO3- ( basa konjugasinya ). Buffer tersebut dapat mempertahankan pH darah sekitar 7,35 – 7,45 dengan reaksi sebagai berikut ;

* H2CO3 + OH- => HCO3- + H2O
* HCO3- + H+ => H2CO3

Buffer dalam darah termasuk buffer asam. Buktinya, jika darah tidak memiliki buffer maka ketika minum jus jeruk yang kecut, tubuh kita dapat mengalami asidosis ( pH darah asam ).

Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH :

- pH 7,0 adalah netral

- pH di atas 7,0 adalah basa (alkali)

- pH di bawah 7,0 adalah asam.

Suatu asam kuat memiliki pH sangat rendah (hampir 1,0) ; sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (di atas 14,0).

Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.

Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan, Penyangga pH yang paling penting dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah , maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah , maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.

Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbondioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.

Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.

Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk dari adanya masalah metabolisme yang serius.

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkakosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.

Rokok dan Reaksi Kimia

Rokok dan Reaksi Kimia (Pembakaran)

Proses pembakaran rokok tidaklah berbeda dengan proses pembakaran bahan-bahan padat lainnya. Rokok yang terbuat dari daun tembakau kering, kertas dan zat perasa, dapat dibentuk dari unsur Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dan Sulfur (S) serta unsur-unsur lain yang berjumlah kecil. Rokok secara keseluruhan dapat diformulasikan secara kimia yaitu sebagai (CvHwOtNySzSi).

Dua reaksi yang mungkin terjadi dalam proses merokok

Pertama adalah reaksi rokok dengan oksigen membentuk senyawa-senyawa seperti CO2, H2O, NOx, SOx, dan CO. Reaksi ini disebut reaksi pembakaran yang terjadi pada temperatur tinggi yaitu diatas 800oC. Reaksi ini terjadi pada bagian ujung atau permukaan rokok yang kontak dengan udara.

CvHwOtNySzSi + O2 -> CO2+ NOx+ H2O + SOx + SiO2 (abu) ((pada suhu 800oC))

reaksi pembakaran rokok

Reaksi yang kedua adalah reaksi pemecahan struktur kimia rokok menjadi senyawa kimia lainnya. Reaksi ini terjadi akibat pemanasan dan ketiadaan oksigen. Reaksi ini lebih dikenal dengan pirolisa. Pirolisa berlangsung pada temperatur yang lebih rendah dari 800oC. Sehingga rentang terjadinya pirolisa pada bagian dalam rokok berada pada area temperatur 400-800oC. Ciri khas reaksi ini adalah menghasilkan ribuan senyawa kimia yang strukturnya komplek.

CvHwOtNySzSi -> 3000-an senyawa kimia lainnya + panas produk ((pada suhu 400-800oC))
reaksi pirolisa

Walaupun reaksi pirolisa tidak dominan dalam proses merokok, tetapi banyak senyawa yang dihasilkan tergolong pada senyawa kimia yang beracun yang mempunyai kemampuan berdifusi dalam darah. Proses difusi akan berlangsung terus selagi terdapat perbedaan konsentrasi. Tidak perlu disangkal lagi bahwa titik bahaya merokok ada pada pirolisa rokok. Sebenarnya produk pirolisa ini bisa terbakar bila produk melewati temperatur yang tinggi dan cukup akan Oksigen. Hal ini tidak terjadi dalam proses merokok karena proses hirup dan gas produk pada area temperatur 400-800oC langsung mengalir kearah mulut yang bertemperatur sekitar 37oC.

Rokok dan proses penguapan uap air dan nikotin

Selain reaksi kimia, juga terjadi proses penguapan uap air dan nikotin yang berlangsung pada temperatur antara 100-400oC. Nikotin yang menguap pada daerah temperatur di atas tidak dapat kesempatan untuk melalui temperatur tinggi dan tidak melalui proses pembakaran. Terkondensasinya uap nikotin dalam gas tergantung pada temperatur, konsentrasi uap nikotin dalam gas dan geometri saluran yang dilewati gas.

Pada temperatur dibawah 100oC nikotin sudah mengkondensasi, jadi sebenarnya sebelum gas memasuki mulut, kondensasi nikotin telah terjadi. Berdasarkan keseimbangan, tidak semua nikotin dalam gas terkondensasi sebelum memasuki mulut sehingga nantinya gas yang masuk dalam paru-paru masih mengandung nikotin. Sesampai di paru-paru, nikotin akan mengalami keseimbangan baru, dan akan terjadi kondensasi lagi.

Jadi, ditinjau secara proses pembakaran, proses merokok tidak ada bedanya dengan proses pembakaran kayu di dapur, proses pembakaran minyak tanah di kompor, proses pembakakaran batubara di industri semen, proses pembakaran gas alam di industri pemanas baja dan segala proses pembakaran yang melibatkan bahan bakar dan oksigen. Sangat ironis memang bahwa manusia sangat memperhatikan keseimbangan alam akibat proses pembakaran bahan bakar oleh industri yang mengeluarkan polusi, tetapi dilain pihak orang-orang dengan sengaja mengalirkan gas produksi pembakaran rokok ke paru- paru mereka.

Jumlah kematian dan klaim perokok Menurut penelitian Organisasi Kesehatan dunia (WHO), setiap satu jam, tembakau rokok membunuh 560 orang diseluruh dunia. Kalau dihitung satu tahun terdapat 4,9 juta kematian didunia yang disebabkan oleh tembakau rokok. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia, yang sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu kanker), selain itu juga asap dari rokok memiliki benzopyrene yaitu partikel-partikel karbon yang halus yang dihasilkan akibat pembakaran tidak sempurna arang, minyak, kayu atau bahan bakar lainnya yang merupakan penyebab langsung mutasi gen. Hal ini berbanding terbalik dengan sifat output rokok sendiri terhadap manusia yang bersifat abstrak serta berbeda dengan makanan dan minuman yang bersifat nyata dalam tubuh dan dapat diukur secara kuantitatif.

Selain mengklaim mendapatkan kenikmatan dari output rokok, perokok juga mengklaim bahwa rokok dapat meningkatan ketekunan bekerja, meningkatkan produktivitas dan lain-lain. Tetapi klaim ini sulit untuk dibuktikan karena adanya nilai abstrak yang terlibat dalam output merokok. Para ahli malah memperkirakan bahwa rokok tidak ada hubunganya dengan klaim-klaim di atas. Malah terjadi sebaliknya, menurunnya produktiviats seseorang karena merokok akibat terbaginya waktu bekerja dan merokok. Selain itu berdasarkan penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok dapat menurunkan IQ. (dari pelbagai sumber)

Friday, August 6, 2010

Materi Olimpiade Kimia

1. Tahap Pra Seleksi:

* Tes Logika,
* Tes Potensi Akademik (TPA)
* Psikotes

2. Seleksi Tahap I:

* Dasar-dasar ilmu kimia,
* Unsur senyawa campuran,
* Hukum-hukum Dasar Ilmu Kimia
* Stoikhiometri,
* Larutan elektrolit dan non elektrolit,
* Asam, basa, dan garam,
* Stoikiometri 2, dan
* Reaksi Penggaraman

3. Seleksi Tahap II:

* Termokimia,
* Laju reaksi,
* Kesetimbangan kimia dan dissosiasi,
* pH larutan,
* Struktur Atom,
* Ikatan Kimia,
* Tabel Periodik,
* Mengekstrak

4. Seleksi Tahap III:

* Kelarutan dan hasil kali kelarutan
* Sifat koligatif larutan
* Reaksi redoks
* Elektrokimia
* Kimia Analitik
* Hidrokarbon
* Minyak Bumi
* Elemen pada periode 1, 2, dan 3
* Elemen Periode 4
* Kimia Inti
* Lipid, karbohidrat, dan leman

5. Seleksi Tahap IV:

* Senyawa organik
* pembahasan soal kelas 2
* pembahasan soal kelas 3
* pembahasan soal kelas 1 sd. 3 dan test
* polimer dan protein

8. Seleksi Tahap V:

* Struktur atom
* Periodisitas kimia
* Ikatan Kimia
* struktur atom, struktur atom, dan teori orbital molekul
* Reaksi dalam larutan kesetimbangan kimia dan ionik
* hidrokarbon, aromatik, alkilhalida, aldehida, dan keton
* Gas dan teori kinetika molekuler gas

9. Seleksi Tahap VI (akhir):

* TCS Chem, US NCHO 85-86
* Chamm's Outlines
* Soal-soal kodya
* Stoikhiometri
* Kompleksometri
* Iodometri
* Permanganometri
* US National Olympiad
* Tes OSN
* Laboratorium Universitas (Praktikum)

Thursday, August 5, 2010

Peralatan Laboratorium Kimia SMU

Berikut merupakan daftar beberapa peralatan yang ada di lab kimia :
1).Gelas Kimia (beaker) : berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya. Berfungsi untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, menampung zat kimia, memanaskan cairan, media pemanasan cairan.
2).Labu Erlenmeyer : berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan skala sepanjang dindingnya. Berfungsi untuk menyimpan dan memanaskan larutan, menampung filtrat hasil penyaringan, menampung titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi.
3).Gelas ukur : berupa gelas tinggi dengan skala di sepanjang dindingnya. Berfungsi untuk mengukur volume larutan tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu
4).Pipet:alat untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu maupun takaran bebas. Jenisnya :

* Pipet seukuran : digunakan untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tepat, bagian tengahnya menggelembung.
* Pipet berukuran : berupa pipa kurus dengan skala di sepanjang dindingnya. Berguna untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu secara tepat.
* Pipet tetes : berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.

5).Buret : berupa tabung kaca bergaris dan memiliki kran di ujungnya. Berfungsi untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi.
6).Tabung reaksi : berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Terbuat dari kaca borosilikat tahan panas, terdiri dari berbagai ukuran. Berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia, untuk melakukan reaksi kimia dalam skala kecil.
7).Kaca arloji : terbuat dari kaca bening, terdiri dari berbagai ukuran diameter. Berfungsi sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel, tempat saat menimbang bahan kimia, tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator.
8).Corong : terbuat dari plastik atau kaca tahan panas dan memiliki bentuk seperti gelas bertangkai, terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek. Berfungsi untuk menyaring campuran kimia dengan gravitasi.
9).Cawan : terbuat dari porselen dan biasa digunakan untuk menguapkan larutan.
10).Batang pengaduk : terbuat dari kaca tahan panas, digunakan untuk mengaduk cairan di dalam gelas kimia.
11).Kawat kasa : kawat yang dilapisi dengan asbes, digunakan sebagai alas dalam penyebaran panas yang berasal dari suatu pembakar.
12).Kaki tiga : besi yang menyangga ring dan digunakan untuk menahan kawat kasa dalam pemanasan.
13).Burner / pembakar spiritus : digunakan untuk memanaskan bahan kimia.
14).Dan masih banyak lagi.

Praktikum Reaksi Sel Volta

ujuan Percobaan
Mengetahui proses reaksi redoks spontan (sel volta)

Dasar teori
Percobaan kali ini tidak lepas dari reaksi redoks spontan, yaitu sel volta. Pada reaksi redoks terjadi transfer elektron dari reduktor ke oksidator. Hal inilah yang menyebabkan adanya arus listrik sehingga mampu menyalakan lampu atau paling tidak meyebabkan beda potensial dan kuat arus listrik.

Alat dan Bahan
• Cuka (CH3COOH)
• Jeruk lemon
• PCB atau logam tembaga (Cu)
• Logam seng (Zn)
• Lampu LED
• Voltmeter dan amperemeter
• Gelas kimia atau gelas air mineral

Prosedur Kerja
1. Rangkaikanlah alat dan bahan yang telah disiapkan sebelumnya sesuai dengan gambar dibawah ini


2. Ukur tegangan listrik dan kuat arus masing-masing rangkaian dengan voltmeter dan amperemeter.
3. Cobalah hubungkan rangkaian dengan lampu LED coba lihatlah nyala lampu LED, jika belum menyala berarti cuka atau jeruk lemon yang digunakan masih kurang.

Praktikum Elektrolisis II

Tujuan Percobaan
Mengamati reaksi yang terjadi pada proses elektrolisis.

Dasar Teori
Proses elekrolisis merupakan reaksi redoks yang tidak spontan sehingga memerlukan energi. Proses elektrolisis berlangsung pada suatu rangkaian elektrode dan sumber arus listrik searah yang disebut sel elektrolisis.
Proses elektrolisis dimulai dengan masuknya elektron dari arus listrik searah kedalam larutan melalui kutub negatif. Spesi tertentu atau ion yang bermuatan positif akan menyerap elektron dan mengalami reaksi reduksi di katode. Spesi yang lain atau ion bermuatan negatif akan melepas elektron dan mengalami reaeksi oksidasi di kutub positif atau anode. Jadi, proses elektrolisis merupakan reaksi redoks. Elektrode positif dan elektrode negatif pada sel elektrolisis ditentukan oleh sumber arus listrik.
Jenis elektrode yang digunakan dalam proses elektrolisis sangat berpengaruh pada hasil elektrolisis. Elektrode dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan kereaktifannya, yaitu elektrode tidak aktif atau tidak ikut bereaksi atau inert, seperti C, Pt, Au dan elektrode aktif atau ikut bereaksi selain C, Pt, Au pada proses elektrolisis. Pada proses elektrolisis dengan elektrode aktif berlangsung reaksi elektrode dan reaksi elektrolit, sedangkan proses elektrolisis dengan elektrode inert hanya berlangsung reaksi elektrolitnya saja.

Alat dan Bahan
• Statif
• Pipa U
• Kabel penjepit buaya
• Adaptor
• Karbon (C), besi (Fe), dan tembaga(Cu)
• Larutan KI 0,5 M elektroda C
• Larutan Na2SO4 0,1 M elektroda C
• Larutan NaBr 0,5 M elektroda C
• Larutan CuSO4 0,5 M elektroda Cu
• Larutan CuSO4 0,5 M anoda Cu katoda C
• Larutan CuSO4 0,4 M anoda Cu katoda Fe

Prosedur Kerja
1. Elektrolisis larutan KI dengan elektroda C
a. Masukkan larutan KI 0,5 M dalam tabung pipa U sampai ± 1 cm dari ujung tabung.
b. Rangkailah alat dan bahan sebagai berikut:

c. Amati tanda-tanda reaksi yang terjadi di anode dan katode
d. Ambil larutan pada anode dengan pipet tetes kemudian teteskan pada tepung kanji (5-10 tetes). Amati perubahan yang terjadi.
e. Ambil 2 ml larutan pada katode dengan pipet tetes lalu masukkan dalam tabung reaksi.
f. Tambahkan 2 tetes indikator phenolptalein dan amati perubahan yang terjadi.
2. Elektrolisis larutan Na2SO4 dengan elektroda C
a. Masukkan larutan Na2SO4 0,1 M dalam tabung pipa U sampai ± 1 cm dari ujung tabung.
b. Rangkailah alat seperti gambar di atas (1.b)
c. Amati tanda-tanda reaksi yang terjadi di anode dan katode.
d. Ambil 2 ml larutan pada katode dengan pipet tetes lalu masukkan dalam tabung reaksi.
e. Tambahkan 2 tetes indikator phenolptalein dan amati perubahan yang terjadi.
f. Ambil 2 ml larutan pada anode dengan pipet tetes lalu masukkan dalam tabung reaksi.
g. Tambahkan 2 tetes indikator phenolptalein dan amati perubahan yang terjadi
3. Elektrolisis larutan NaBr dengan elektroda C
a. Masukkan larutan NaBr 0,1 M dalam tabung pipa U sampai ± 1 cm dari ujung tabung.
b. Rangkailah alat seperti gambar di atas (1.b)
c. Amati tanda-tanda reaksi yang terjadi di anode dan katode.
d. Ambil 2 ml larutan pada katode dengan pipet tetes lalu masukkan dalam tabung reaksi.
e. Tambahkan 2 tetes indikator phenolptalein dan amati perubahan yang terjadi.
4. Elektrolisis larutan CuSO4 dengan anode Cu dan katode C
a. Masukkan larutan CuSO4 0,1 M dalam tabung pipa U sampai ± 1 cm dari ujung tabung.
b. Rangkailah alat seperti gambar di atas (1.b)
c. Amati tanda-tanda reaksi yang terjadi di anode dan katode.
d. Ambil 2 ml larutan pada anode dengan pipet tetes lalu masukkan dalam tabung reaksi.
e. Tambahkan 2 tetes indikator phenolptalein dan amati perubahan yang terjadi.

Praktikum Sifat Asam Sitrat

Tujuan Percobaan
Mencoba mengetahui sifat asam sitrat

Dasar Teori
Asam sitrat yang terdapat pada perasan jeruk merupakan senyawa organik, yaitu asam sitrat yang didalamnya terdapat pula senyawa karbon ( C ). Senyawa – senyawa inilah yang berubah menjadi berwarna coklat kehitaman ketika dipanaskan.

Gambar Ikatan kimia pada asam sitrat
Hal ini sama dengan proses pemanasan daging, di mana protein (yang merupakan senyawa karbon), berubah sehingga daging yang tadinya berwarna merah berubah menjadi kecoklatan ketika dipanaskan.

Alat dan bahan
• Air perasan jeruk lemon
• Cuka (CH3COOH)
• Kuas / spidol
• Pembakar spiritus
• Korek api

Prosedur Kerja
1. Campurkan perasan jeruk lemon dan cuka.
2. Buatlah tulisan atau gambar dengan menggunakan larutan yang sudah dibuat diatas kertas.
3. Panaskan kertas yang sudah digambari dengan larutan air lemon dan cuka.
4. Litahlah apa yang terjadi.

Praktikum Korosi

Tujuan percobaan
Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korosi pada besi

Dasar Teori
Korosi merupakan proses perubahan logam menjadi senyawanya, terutama terjadi dalam lingkungan ayang mengandung air, atau peristiwa teroksidasinya suatu logam oleh gas oksigen di udara.
Salah satu contoh korosi adalah yang terjadi pada besi, atau biasa disebut dengan karat. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan rumus Fe2O3.XH2O. Pada proses pengamatan, besi (Fe) bertindak sebagai pereduksi dan oksigen (O2) yang terlarut dalam air bertindak sebagai pengoksidasi. Persamaan reaksi pembentukan karat :
Anode : Fe  Fe2+ + 2e-
Katode : O2 + 4H+ + 4e-  2H2O
Karat disebut sebagai autokatalis karena karat yang terjadi pada logam akan mempercepat proses pengaratan berikutnya.
Proses terjadinya korosi:

Keterangan:
Logam Fe yang letaknya jauh dari permukaan kontak dengan udara akan dioksidasi menjadi ion Fe2+. Ion ini larut dalam tetesan air. Tempat terjadinya reaksi oksidasi di salah satu ujung tetesan air ini disebut anode.
Ion Fe2+ yang terbentuk bergerak dari anode ke katode melalui tetesan air, sedangkan elektron mengalir dari anode ke katode melalui logam. Elektron ini selanjutnya mereduksi O2 dari udara dan menghasilkan air. Ujung tetesan yang merupakan tempat terjadinya reaksi reduksi ini disebut katode. Sebagian O2 dari udara larut dalam tetesan air dan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang membentuk karat besi (Fe2O3.XH2O)
Kerugian Korosi
Besi atau logam yang berkarat bersifat rapuh, mudah larut, dan bercampur dengan logam lain, serta bersifat racun. Jika berkarat, besi yang digunakan sebagai fondasi jembatan menjadi rapuh sehingga mudah ambruk. Alat-alat produksi dalam industri makanan dan farmasi tidak boleh menggunakan logam yang mudah berkarat. Oleh karena itu, untuk kepentingan industri, biasanya digunakan peralatan stainless yang anti karat.
Pencegahan Korosi
• Pembuatan logam homogen
Pada pembuatan logam dalam industri diusahakan agar zat-zat tercampur sehomogen mungkin dalam logam tersebut. Hal ini untuk menghindari tertumpuknya campuran tersebut di satu bagian, sehingga tidak terjadi perbedaan potensial listrik antarzat yang dapat memicu terjadinya korosi.
• Pelapisan dengan cat
Pelapisan logam dengan cat bertujuan untuk mencegahkontak antara permukaan logam dengan udara yang mengandung oksigen dan uap air.
• Pelapisan dengan logam lain
Jika logam besi dilapisi Cu (tembaga), Sn (timah), besi akan terlindungi dari korosi karena potensial reduksi Cu dan Sn lebih positif (Eº Cu2+ | Cu = +0,34 Volt dan Eº Sn2+ | Sn = -0,14 Volt) daripada potensial reduksi besi (Eº Fe2+ | Fe = -0,44 Volt). Namun bila lapisan ini bocor sehingga lapisan Cu dan Sn terbuka, besi akan mengalami korosi dengan cepat. Selain Cu dan Sn, logam lain yang dapat digunakan adalah perak (Ag), emas (Au), nikel (Ni), dan platina (Pt).
• Cara proteksi katodik
Jika logam besi dihubungkan dengan seng (Zn), besi tersebut akan sukar mengalami korosi. Hal ini disebabkan seng lebih mudah teroksidasi dibandingkan besi dimana potensial reduksi Zn (Eº Zn2+ | Zn = -0,76 Volt) lebih negatif daripada potensial reduksi Fe (Eº Fe 2+ | Fe = -0,44 Volt). Seng bereaksi dengan O2 dan H2O dalam lingkungan yang mengandung CO2 dan membentuk seng karbonat. Seng karbonat berfungsi untuk melindungi seng itu sendiri dari korosi. Cara ini disebut juga cara katode pelindung. Logam Magnesium (Mg) yang termasuk alkali tanah banyak digunakan untuk keperluan ini.

Alat dan Bahan

• Gelas air mineral
• Paku
• Minyak tanah
• Air
• Garam
• Cuka
• Plastik
• Logam seng (Zn)
• Kabel (untuk diambil tembaganya)


Prosedur Kerja
1. Susunlah alat dan bahan seperti gambar berikut:

A : Paku
B : Paku dicelupkan dalam minyak tanah
C : Paku dicelupkan dalam air
D : Paku diselupkan dalam larutan garam (air + garam)
E : Paku benamkan dalam silika gel atau kapur
F : Paku dicelupkan dalam larutan cuka (air + cuka)
G : Paku dicelupkan dalam air yang diisi menutupi seluruh bagian paku kemudian ditutupi dengan plastik
H : Paku yang sudah dililitkan dengan lempengan seng (Zn) kemudian dicelupkan dalam air
I : Paku yang sudah dililitkan dengan tembaga(Cu) dari kawat kemudian dicelupkan dalam air
2. Simpan alat dan bahan tersebut di tempat yang aman.
3. Amati logam paku pada masing-masing gelas setiap harinya
4. Catat hasil pengamatan.

Praktikum Pembuatan Alkohol

Tujuan Percobaan
Mengetahui proses perubahan yang terjadi melalui fermenatsi

Dasar Teori
Pada buah-buahan umumnya mengandung zat aditif. Penambahan zat aditif ini dimaksudkan untuk mempertajam rasa dan aromanya. Zat aditif pemberi aroma ini disebut ester. Ester dibuat melalui reaksi antara alcohol dan asam karboksilat. Reaksinya :

Asam karboksilat Alkohol Ester Air

Alat dan Bahan

• Buah nanas yang sudah matang 2 buah
• Pisau
• Blander
• Saringan atau kain untuk memeras
• Gula pasir
• Air mineral
• Ragi tape (Saccharomyces cereviceae)
• Botol dengan volume 1 L sebanyak dua buah

Prosedur Kerja
1. Kupaslah 2 buah nanas, kemudian diparut atau diblender.
2. Sambil ditambah sedikit demi sedikit air, parutan nanas diperas dan dan disaring sehingga diperoleh larutan sari nanas ±1 liter.
3. Tambahkan ± 6 sdm gula pasir atau sesuai selera anda.
4. Rebuslah larutan sampai mendidih lalu dinginkan.
5. Selagi menunggu sari nanas cukup dingin, bolongilah terlebih dahulu tutup botol, kemudian masukkan selang. Aturlah selang sehingga selang tidal menyentuh sari nanas ketika sari nanas terebut dimasukkan ke dalam botol. Penutup dapat juga dibuat dengan menggunakan penutup gabus yg telah dilubangi.
6. Siapkan pula gelas air mineral yang diisi dengan aquades sebanyak 100 ml.
7. Tumbuk ragi sehingga menjadi berbentuk serbuk.
8. Jika sari nanas sudah siap, siapkan lilin mainan, tutup botol yang telah dilubangi, serta air mineral yg telah disiapkan sebelumnya. Masukkkan serbuk ragi ± setangah sendok teh ke dalam botol, kemudian baru masukkan sari nanas ke dalam botol.
9. Tutup botol sari nanas dengan tutup botol yg telah dilubangi dan diberi selang (selang tidak menyentuh sari nanas), hubungkan selang ke aqua gelas tersebut kemudian rapatkan tutup botol agar udara tidak keluar (vakum).
10. Lapisi tutup botol dengan plastisin agar lebih yakin kalau tidak ada udara yang dapat masuk. Kurang lebih rangkaiannya akan seperti gambar di bawah ini

C12H22O11 + H2O C6H12O6

C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
11. Setelah kurang lebih satu minggu, minuman siap diminum dan sekarang sari nanas tersebut sudah mengandung alkohol.

Praktikum Membuat tulisan dengan larutan asam

Tujuan Percobaan
Membuat tulisan dengan larutan asam indikator berdasarkan sifat asam basa dengan bantuan indikator.

Dasar Teori
Untuk mengetahui pH suatu larutan digunakanlah indikator asam basa. Indikator asam basa dapat berupa bahan-bahan alami maupun indikator buatan. Contoh indikator alami adalah buah-buahan dan daun-daunan yang berubah warnanya ketika terkena cairan asam atau basa. Sedangkan contoh indikator buatan adalah kertas lakmus dan phenolptalein (PP).
Indikator buatan memiki trayek pH masing-masing, dimana indikator tersebut akan berubah warnanya jika pH larutan lebih kecil maupun lebih besar dari trayek pH indikator tersebut.
Indikator ≤ nilai terkecil Trayek pH ≥ nilai terbesar
Phenolptalein tidak berwarna 8,3 – 10,0 merah


Metal merah merah 4,2 – 6,3 kuning


Metal jingga merah 3,1 – 4,4 kuning


Bromtimol biru kuning 6,0 – 7,6 biru


Alat dan Bahan
• Indikator asam basa (phenolptalein)
• Larutan asam (HCl)
• Larutan basa (NaOH)
• Kertas buram
• Kuas cat air
• Gelas air mineral

Prosedur Kerja
1. Campurkan indikator asam basa phenolptalein (PP) dengan air atau larutan asam (HCl)
2. Buatlah tulisan atau gambar dengan campuran tersebut pada selembar kertas buram.
3. Celupkan kertas tersebut pada larutan basa NaOH.
4. Lihatlah warna tulisan yang terjadi.

Praktikum Penggolongan Unsur Unsur

A. Nama Percobaan : Penggolongan Unsur Unsur
B. Tujuan Percobaan : Menggolongkan unsure unsure menurut kenaikan massa atom dan nomer atom
Pada percobaan ini akan dicoba menggolongkan unsur unsur menurut kenaikan massa atau kenaikan nmer atom atom dan berdasarkan sifat sifat unsur dengan menggunakan kartu kartu yang tertulis data sifat sifat unsur tersebut.
Contoh kartu :

11 2,989 892 97,8Na

1S22S22P63S1

Natrium


C. Cara Kerja
1. Susunlah kartu kartu menurut kenaikan massa atom dalam lajur horisontal (periode : lajur dari kiri ke kanan)
2. Dengan tetap mengikuti urutan kenaikan massa atom diatas, aturlah kartu kartu tersebut sedemikian rupa sehingga kartu kartu unsur yang sifatnya mirip terletak dalam lajur vertikal yang sama.
3. Catatlah susunan unsur unsur yang telah tersusun dalam buku laporan.
4. Kejanggalan apakah yang ditemukan dalam susunan unsure tersebut.
5. Susunlah kartu kartu menurut kenaikan nomer atom dalam lajur horisontal (periode : lajur dari kiri ke kanan)
6. Dengan tetap mengikuti urutan kenaikan nomer atom diatas, aturlah kartu kartu tersebut sedemikian rupa sehingga kartu kartu unsur yang sifatnya mirip terletak dalam lajur vertikal yang sama.
7. Catatlah susunan unsur unsur yang telah tersusun dalam buku laporan.

D. Pengamatan

E. Pertanyaan :
1. Apakah perbedaan perbedaan yang diperoleh antara susunan unsure yang pertama dengan susunan unsure yang kedua ?
2. Lajur vertical dalam system periodic unsure unsure disebut golongan. Berapa golongan yang terdapat yang terdapat dalam system periodic ?
3. Lajur horizontal disebut periode. Berapa unsure yang terdapat pada :
Periode 1 :………unsure Periode 2 :………unsure
Periode 3 :………unsure Periode 4 :………unsure
Periode 5 :………unsure Periode 6 :………unsure

Praktikum kalor kalorimeter dan perubahan entalpi suatu reaksi.

Lembar Kegiatan Siswa

I. Tujuan Praktikum :
Menentukan besarnya kapasitas kalor kalorimeter dan perubahan entalpi suatu reaksi.

II. Dasar Teori
Lengkapi sendiri! (cari referensi dari Buku Cetak, Buku Kimia lainnya maupun dari Internet!)

III. Alat dan Bahan
a). Alat yang digunakan :
Nama Alat Jumlah
Gelas kimia 100 mL 4 buah
Pipet tetes 1 buah
Kalorimeter 1 buah
Termometer 1 buah
Kaki tiga 1 buah
Pembakar spiritus 1 buah
Kawat kasa 1 buah
Batang pengaduk 1 buah
Botol semprot 1 buah
Stopwatch 1 buah
Gelas ukur 1 buah
Neraca analisis digital 1 buah
Kaca arloji 1 buah


b). Bahan yang digunakan :
Nama Bahan Jumlah
Kristal NaOH 2 gram
Larutan HCl 1 M 50 mL
Larutan NaOH 1 M 50 mL
Aquades 200 mL


IV. Cara Kerja :
A. Penentuan Kapasitas Kalor Kalorimeter
a) Masukkan 50 mL aquades ke dalam kalorimeter dan diaduk, dan catatlah suhunya!
b) Sementara itu, panaskan 50 mL aquades yang ada dalam gelas kimia sampai suhunya 40 oC!
c) Masukkan 50 mL aquades panas (40 oC) ke dalam kalorimeter yang telah berisi 50 mL aquades tadi, sambil terus diaduk!
d) Amati dan catatlah suhu aquades yang ada di dalam kalorimeter setiap 30 detik dengan menggunakan termometer, ( lakukan pengamatan selama ± 10 menit )!
e) Catatlah suhu maksimum campuran ( T.maks )!

B. Penentuan Entalpi Pelarutan
a) Tiimbanglah sebanyak 2 gram kristal NaOH dengan menggunakan neraca analisis!
b) Masukkan 100 mL aquades dalam kalorimeter!
c) Ukurlah suhu aquades dalam kalorimeter dengan menggunakan termometer, dan dicatat sebagai suhu awal ( T0 )!
d) Masukkan kristal NaOH yang telah ditimbang tersebut ke dalam kalorimeter yang telah diisi aquades, diaduk sampai larut!
e) Catatlah suhu campuran setiap 30 detik, mulai dari kristal NaOH dimasukkan sampai dengan menit ke-5!
f) Catatlah suhu awal campuran ( T.awal ) dan suhu akhir campuran ( T.akhir )!

C. Penentuan Entalpi Netralisasi
a) Masukkan 50 mL larutan HCl 1 M ke dalam kalorimeter!
b) Catatlah suhunya dengan menggunakan termometer ( THCl )!
c) Masukkan 50 mL larutan NaOH ke dalam gelas kimia!
d) Catatlah suhunya dengan menggunakan termometer ( TNaOH )!
e) Hitunglah suhu awalnya ( T.awal )!
f) Tuangkan 50 mL larutan NaOH 1 M tersebut ke dalam kalorimeter yang telah berisi 50 mL larutan HCl 1 M!
g) Ukurlah suhu campuran dalam kalorimeter setiap 30 detik, sampai menit ke-5; sambil terus diaduk!
h) Hitunglah suhu akhir rata-rata campuran ( T.akhir )

V. Tabel Data Pengamatan :
A. Penentuan Kapasitas Kalor Kalorimeter
No Data yang diamati Hasil Pengamatan
1 Suhu awal aquades dalam kalorimeter ( Td )
2 Suhu awal aquades panas ( Tp )
3 Suhu campuran aquades ( T1-T20 )
4 Suhu maksimum campuran ( T.maks )
5 Kalor jenis air ( c ) 1 kal / gram.0C
6 Massa aquades dingin ( md )
7 Massa aquades panas ( mp )
8 Massa jenis air ( ρ ) 1 gram/mL

B. Penentuan Entalpi Pelarutan
No Data yang diamati Hasil Pengamatan
1 Massa kristal NaOH
2 Suhu awal aquades dalam kalorimeter ( T0 )
3 Suhu campuran aquades+NaOH ( T1-T10 )
4 Suhu awal campuran ( T.awal )
5 Suhu akhir campuran ( T.akhir )
6 Kalor jenis air ( c ) 1 kal / gram.0C
7 Massa larutan ( m )
8 Kapasitas kalor kalorimeter ( C ) ( Hasil dari perhitungan A )
9 Massa jenis air ( ρ ) 1 gram/mL

C. Penentuan Entalpi Netralisasi
No Data yang diamati Hasil Pengamatan
1 Massa 50 mL HCl 1 M
2 Massa 50 mL NaOH 1 M
3 Suhu awal larutan HCl ( THCl )
4 Suhu awal larutan NaOH ( TNaOH )
5 Suhu awal rata-rata larutan ( T.awal )
6 Suhu campuran ( T1-T10 )
7 Suhu akhir rata-rata campuran ( T.akhir )
8 Kalor jenis larutan ( c ) 1 kal / gram.0C
9 Massa larutan ( m )
10 Kapasitas kalor kalorimeter ( C ) ( Hasil dari perhitungan A )
11 Massa jenis air ( ρ ) 1 gram/mL

Praktikum LAJU REAKSI II

Lembar Kegiatan Siswa

I. Tujuan Praktikum :
a. Mengamati pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
b. Mengamati pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
c. Mengamati pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
d. Mengamati pengaruh katalis terhadap laju reaksi.

II. Dasar Teori
Lengkapi sendiri! (cari referensi dari Buku Cetak, Buku Kimia lainnya maupun dari Internet!)

III. Alat dan Bahan
a). Alat yang digunakan :
Nama Alat Jumlah
Tabung reaksi 6 buah
Stopwatch 1 buah
Ampelas 1 buah
Gelas kimia 100 mL 6 buah
Kertas putih yang diberi tanda X 1 lembar
Pembakar spiritus 1 buah
Kawat kasa 1 buah
Kaki tiga 1 buah
Termometer 1 buah
Neraca analisis 1 buah
Pipet tetes 5 buah
Botol semprot 1 buah
Pipet volume 1 buah
Bola hisap 1 buah
Gelas ukur 1 buah
Kaca arloji 1 buah








b). Bahan yang digunakan :
Nama Bahan Jumlah
Pita magnesium 4 potong (  2 cm )
Larutan HCl 0,5M; 1 M; 2 M dan 3 M @ 3 mL
Larutan HCl 0,1 M 25 mL
Larutan Na2S2O3 0,1 M 25 mL
Bongkahan pualam 4 gram
Serbuk pualam 4 gram
Larutan Hidrogen peroksida ( H2O2 ) @ 25 mL
Larutan NaCl 0,1 M secukupnya
Larutan FeCl3 0,1 M secukupnya


IV. Cara Kerja :
A. Mengamati pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
a) Siapkan 4 tabung reaksi dan isilah dengan pita magnesium yang telah diampelas! Beri nomor 1 4!
b) Isilah tabung reaksi 1 dengan larutan HCl 0,5 M sebanyak 3 mL!
c) Catatlah waktu berlangsungnya reaksi dengan stopwatch, dimulai saat larutan HCl dituangkan sampai pita Mg habis bereaksi!
d) Ulangi langkah tersebut untuk larutan HCl 1M; 2 M dan 3 M pada ke-3 tabung reaksi lainnya!

B. Mengamati pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
a) Letakkan gelas kimia 100 mL di atas kertas putih bertanda X!
b) Masukkan 25 mL larutan Na2S2O3 0,1 M ke dalam gelas kimia tersebut dan ukur suhunya dengan termometer!
c) Masukkan 25 mL larutan HCl 0,1 M ke dalam gelas kimia yang telah berisi larutan Na2S2O3 0,1 M tersebut!
d) Catatlah waktu berlangsungnya reaksi dengan stopwatch, dimulai saat larutan HCl dituangkan sampai tanda X tidak terlihat lagi!
e) Ulangi langkah tersebut, dengan larutan Na2S2O3 0,1 M yang dipanaskan sampai suhunya 40 oC; 50 oC dan 60 oC!

C. Mengamati pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
a) Timbanglah bongkahan pualam seberat 4 gram!
b) Isilah gelas kimia dengan 25 mL larutan HCl 2 M!
c) Masukkan 4 gram bongkahan pualam ke dalam gelas kimia yang telah berisi larutan HCl tersebut!
d) Catatlah waktu berlangsungnya reaksi dengan stopwatch, dimulai saat bongkahan pualam dimasukkan sampai pualam habis bereaksi!
e) Ulangi langkah tersebut untuk 4 gram serbuk pualam!

D. Mengamati pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
a) Isilah 3 gelas kimia dengan @ 25 mL larutan H2O2! Beri nomor 1  3!
b) 20 tetes larutan NaCl 0,1 M ke dalam gelas kimia nomor 2!
c) Tambahkan Tambahkan 20 tetes larutan FeCl3 0,1 M ke dalam gelas kimia nomor 3!
d) Amati keadaan ke-3 gelas kimia tersebut secara bersamaan!

Praktikum Larutan Penyangga

Lembar Kegiatan Siswa

I. Tujuan Praktikum :
Mengamati perbedaan pH larutan penyangga dan bukan penyangga akibat penambahan sedikit asam/basa/pengenceran.

II. Dasar Teori
Lengkapi sendiri! ( cari referensi dari Buku Cetak, Buku Kimia lainnya maupun dari Internet! )

III. Alat dan Bahan
a). Alat yang digunakan :
Nama Alat Jumlah
Indikator universal 1 set
Labu erlenmeyer minimal 2 buah
Pipet volume 1 buah
Pipet tetes secukupnya
Tabung reaksi secukupnya
Botol semprot + aquades 1 buah
Gelas kimia 1 buah
Labu takar 100 mL secukupnya
Bola hisap 1 buah
Gelas ukur 1 buah


b). Bahan yang digunakan :
Nama Bahan Jumlah
Larutan CH3COOH 0,5 M 30 mL
Larutan CH3COONa 0,5 M 30 mL
Larutan HCl 0,1 M 25 mL
Larutan NaCl 0,1 M 50 mL
Larutan NaOH 0,1 M 25 mL







IV. Cara Kerja :
1. Buatlah larutan penyangga dengan cara mencampurkan 30 mL CH3COOH 0,5 M dengan 30 mL larutan CH3COONa 0,5 M! Aduklah campuran tersebut, kemudian ukurlah pHnya dengan indikator universal dan catat!
2. Isilah 6 tabung masing-masing dengan 5 mL larutan penyangga yang Anda buat di atas pada:
a) Tabung 1 ditambah 0,5 mL HCl 0,1 M
b) Tabung 2 ditambah 1 mL HCl 0,1 M
c) Tabung 3 ditambah 1,5 mL HCl 0,1 M
d) Tabung 4 ditambah 0,5 mL NaOH 0,1 M
e) Tabung 5 ditambah 1 mL NaOH 0,1 M
f) Tabung 6 ditambah 1,5 mL NaOH 0,1 M
Pada masing-masing tabung ukurlah pHnya dengan indikator universal!
3. Dengan cara yang sama lakukanlah seperti percobaan 2, dengan mengganti larutan penyangga dengan larutan NaCl 0,1 M!
4. Ambilah 10 mL larutan penyangga kemudian tambahkan aquades hingga volume larutan menjadi 20 mL!
5. Aduklah campuran itu kemudian ukurlah pHnya dengan menggunakan indikator universal dan catatlah!

V. Tabel Data Pengamatan :
A. Menentukan pH larutan penyangga.
No Jenis Larutan Nominal pH
1 Larutan penyangga awal = 30 mL CH3COOH 0,5 M + 30 mL CH3COONa 0,5 M
2 Tabung 1 = 5 mL larutan penyangga + 0,5 mLHCl 0,1 M
3 Tabung 2 = 5 mL larutan penyangga + 1 mLHCl 0,1 M
4 Tabung 3 = 5 mL larutan penyangga + 1,5 mLHCl 0,1 M
5 Tabung 4 = 5 mL larutan penyangga + 0,5 mL NaOH 0,1 M
6 Tabung 5 = 5 mL larutan penyangga + 1 mL NaOH 0,1 M
7 Tabung 6 = 5 mL larutan penyangga + 1,5 mL NaOH 0,1 M
8 Tabung 7 = 10 mL larutan penyangga + 10 mL aquades


B. Menentukan pH larutan bukan penyangga.
No Jenis Larutan Nominal pH
1 Tabung 1 = 5 mL NaCl 0,1 M + 0,5 mLHCl 0,1 M
2 Tabung 2 = 5 mL NaCl 0,1 M + 1 mLHCl 0,1 M
3 Tabung 3 = 5 mL NaCl 0,1 M + 1,5 mLHCl 0,1 M
4 Tabung 4 = 5 mL NaCl 0,1 M + 0,5 mL NaOH 0,1 M
5 Tabung 5 = 5 mL NaCl 0,1 M + 1 mL NaOH 0,1 M
6 Tabung 6 = 5 mL NaCl 0,1 M + 1,5 mL NaOH 0,1 M

Praktikum Penentuan Kadar Asam

Lembar Kegiatan Siswa

I. Tujuan Praktikum :
a. Menentukan konsentrasi larutan HCl.
b. Menentukan kadar asam cuka dari berbagai produk yang ada di pasaran.

II. Dasar Teori
Lengkapi sendiri! ( cari referensi dari Buku Cetak, Buku Kimia lainnya maupun dari Internet! )

III. Alat dan Bahan
a). Alat yang digunakan :
Nama Alat Jumlah
Buret ukuran 50 mL dan statif 1 set
Labu erlenmeyer minimal 2 buah
Pipet volume 1 buah
Pipet tetes secukupnya
Corong 1 buah
Botol semprot + aquades 1 buah
Gelas kimia 1 buah
Labu takar 100 mL secukupnya
Bola hisap 1 buah
Gelas ukur 1 buah


b). Bahan yang digunakan :
Nama Bahan Jumlah
Larutan HCl @ 10 mL
Larutan NaOH 0,1 M secukupnya
Asam cuka dari berbagai produk @ 5 mL
Aquades secukupnya
Indikator fenolftalein ( PP ) secukupnya





IV. Cara Kerja :
A. Menentukan konsentrasi larutan HCl.
a) Ambillah 10 mL larutan HCl dengan menggunakan pipet volume dan masukkan ke dalam labu erlenmeyer!
b) Tambahkan 2-3 tetes indikator PP!
c) Masukkan larutan NaOH 0,1 M ( sebagai zat peniter / penitrasi ) ke dalam buret!
d) Teteskan sedikit demi sedikit larutan NaOH ( yang ada di buret ) ke dalam larutan HCl ( yang ada di labu erlenmeyer ); sambil menggoyang-goyangkan labu erlenmeyernya!
e) Proses dihentikan jika warna larutan dalam erlenmeyer berubah dari bening tidak berwarna menjadi merah jambu ( merah ungu ) !
f) Catatlah volume larutan NaOH 0,1 M yang terpakai!
g) Lakukan percobaan sebanyak 3 kali ( untuk mendapatkan 3 data volume NaOH )!

B. Menentukan kadar asam cuka dari berbagai produk yang ada di pasaran.
a) Ambillah @ 5 mL asam cuka dari berbagai produk, masukkan ke dalam labu takar 100 mL; kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas!
b) Ambillah @ 25 mL larutan asam cuka yang telah diencerkan, masukkan ke dalam labu erlenmeyer dan tambahkan 2-3 tetes indikator PP!
c) Masukkan larutan NaOH 0,1 M ( sebagai zat peniter / penitrasi ) ke dalam buret!
d) Teteskan sedikit demi sedikit larutan NaOH ( yang ada di buret ) ke dalam larutan asam cuka ( yang ada di labu erlenmeyer ); sambil menggoyang-goyangkan labu erlenmeyernya!
e) Proses dihentikan jika warna larutan dalam erlenmeyer berubah dari bening tidak berwarna menjadi merah jambu ( merah ungu ) !
f) Catatlah volume larutan NaOH 0,1 M yang terpakai!
g) Lakukan percobaan sebanyak 3 kali ( untuk mendapatkan 3 data volume NaOH )!
h) Hitunglah kadar larutan asam cuka tersebut! ( jika diketahui konsentrasi asam cuka murni = 17,4 M )

Sunday, August 1, 2010

STANDARISASI LARUTAN HCl

STANDARISASI LARUTAN HCl

TUJUAN
Melakukan pembakuan (standarisasi) larutan asam dan basa. Dalam hal ini HCl dan

DASAR TEORI
Metode tetrimetri yang dikenal juga sebagai metode volumetri, merupakan cara analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stakiometri reaksi kimia. Dalam setiap metode titrimetri selalu terjai reaksi kimia antara komponen analit dengan titran dinyatakan dengan persamaan umum:

“a” adalah jumlah mol analit (A) yang bereaksi secara stoikiometri dengan “t” mol titran (T) atau “a” dan “t” menggambarkan koefisien reaksi dalam persamaan reaksi setararnya. Analit adalah komponen dari larutan sampel yang hendak diterapkan kuantitasnya. Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya.
Jenis metode titrimetri didasarkan pada jenis reaksi kimia yang terlibat dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka jenis reaksi kimia yang terlibat dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka metode titrimetri dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu, asidi-alkalimetri, oksidimetri, kompleksometri, dan titrasi pengendapan. Salah satu metode tersebut adalah asidi-alkalimetri.
Asidimetri adalah pengukuran kosentrai asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimetri adalah pengukuran kosentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses pengukuran volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan kedalam larutan lain dan diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan yang lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekuivalen pereaksi-pereksi sama. Disamping praktiknya titik ekuivalen sulit diamati karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikiometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana penambahan satu tetes zat penetrasi (titran akan menyebabkan perubahan warna indikator). Kedua cara tersebut termasuk analisis titrimetri atau volumetri selama bertahun-tahun. Istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titimetri.
Akan tetapi, titimetri lebih baik karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Reaksi-reraksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titimetri asam basa adalah sebagai berikut:
 Jika HA merupakan asam akan ditentukan dan BOH sebagai basa, maka reaksinya adalah
 Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagai asam, maka reaksinya adalah
Dari kedua reaksi diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan , yakni dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-reaksi antara asam kuat dengan basa kuat. Asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat serta asam lemah dan basa lemah, tapi dalam percobaan ini menggunakan asam kuat dan basa lemah.
Dalam titrasi asam basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen ditentukan oelh perbandingan mol asam (H+) dan basa (OH-) yang bereaksi. Dalam titrasi asam basa perubahan PH sangat kecil sehingga hampir tercapai titik ekuivalen. Pada saat tercapai titik ekuivalen penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan PH yang sangat besar. Perubahan PH yang besar ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator, yaitu senyawa (organik) yang akan berubah warnanya dalam rentang PH tertentu.
Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekuivalen (grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekuivalen (grek) basa.
Dikethui: grek (gram ekuivalen) = Volume (V) X Normalitas (N), maka pada titik ekuivalen = V asam x N asam = V basa x N basa atau V1.N1 = V2. N2. untuk asam berbasa satu dan basa berbasa satu, normalitas sama dengan molaritas, berarti larutan 1M = 1N

ALAT DAN BAHAN
• Alat
- Buret
- Statif
- Erlenmeyer
- Pipet volum
- Pipet tetes
- Corong
- Gelas beker
• Bahan
- Larutan HCl 0,01
- Larutan baku primer
- Indikator MR

CARA KERJA
- Standarisasi HCl dengan larutan

Tambah indikator MR
Titrasi dengan HCl
Hentikan jika terjadi perubahan warna
dari kuning menjadi merah konstan
Catat volume HCl yang diperlukan

DATA PENGAMATAN
- Standarisasi Lruitan HCl
Tritrasi ke
V HCl
1
2
3
4
5
6 10 mL
10 mL
10 mL
10 mL
10 mL
10 mL 12,00 mL
11,50 mL
12,00 mL
12,00 mL
11,50 mL
12,30 mL
Rata-rata 10 mL 11,88 mL
Kosentrasi HCl
PEMBAHASAN

Dalam percobaan ini kita melakukan standarisasi HCl agar kita dapat menentukan kosentrasi dari larutan HCl. Standarisasi ini dilakukan dengan cara memasukkan 10 mL larutan baku primer kedalam erlenmeyer, kemudian larutan yang distandarisasi dimasukkan kedalam buret yaitu larutan HCl. Setelah larutan baku primer yang di dalam erlenmeyer ditambahkan dengan 3 tetes indikator MR yang kemudian ditritasi dengan larutan HCl. Pada saat melakukan titrasi tangan kanan memegang erlenmeyer dan mengoyang-goyangkan. Sedangkan tangan kiri memegang kran buret dan sedikit membukanya agar HCl dapat mengalir sedikit demi sedikit. Setelah terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah konstan meka titrasi harus dihentikan karena sudah mencapai titik akhir titrasi.
Pengaruh indikator MR adalam membantu dalam pembentukan warna dalam percobaan titrasi atau sebagai indikator visual yang menandakan terjadinya reaksi sempurna yaitu ketika warna larutan yang semula kuning (sudah ditambahkan dengan indikator MR) menjadi merah konstan. Dalam percobaan ini juga dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa yaitu asam klorida (HCl) dengan . Sehingga reaksi yang terjadi sebagai berikut :

Pada percobaan ini kita menggunakan metode titrasi yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen. Dalam percobaan ini kita dapat mengetahui kosentrasi HCl yaitu dengan cara V1.N1 = V2.N2, dimana V1 dan N1 adalah volume dan konsentrasi asam. Sedangkan V2 dan N2 adalah volume dan kosentrasi basa.


KESIMPULAN

- Standarisasi larutan bertujuan untuk menentukan kosentrasi dari larutan standar
- Indikator MR sangat berpengaruh dalam pembentukan warna dalam suatu titrasi
- Reaksi sempurna terjadi ketika terjadi perubahan warna larutan dari kuning menjadi merah konstan.

PENETAPAN KADAR SAKARIN

PENETAPAN KADAR SAKARIN

PENETAPAN KADAR SAKARIN

I. TUJUAN
 Praktikan mampu mengetahui kadar sakarin dari sebuah sampel ( marimas ) dengan menggunakan metode ekstraksi-titrasi.

II. DASAR TEORI
Ada beberapa cara pemisahan dan permunian suatu zat dari campurannya secara fisik antara lain : Destilasi, ekstraksi, koagulasi, adsorbsi, dan sublimasi.
Ekstraksi merupakan proses pengambilan komponen berdasarkan kelarutannya dalam dua fasa cair yang berbeda dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diingikan tanpa melarutkan material lainnya. Sedangkan zat yang diperoleh disebut sari ( ekstrak ). Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan terhadap komponen lain dalam campuran. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah :
 Tipe persiapan sampel
 Waktu ekstraksi
 Kuantitas pelarut
 Suhu pelarut
 Tipe pelarut
Pada industri the botol atau teh kotak, sari teh diperoleh dari daunnya dengan cara ekstraksi memakai pelarut cair. Pada kehidupan sehari-hari beberapa pelarut organik seperti aseton atau bensin dapat digunakan untuk mengekstraksi noda-noda minyak pada pakaian.
(Drs.Irfan Anshory.1998.Kimia SMU jilid I.jakata:Erlangga ).
Sedangkan titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini masih banyak yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri. Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan standar atau titran, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan dierlenmeyer yang disebut sebagai analit. Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasr untuk titrasi, suatu reaksi harus memenuhi persyaratan tertentu sebelum dapat digunakan, yaitu :
1. Reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi tertentu.
2. Reaksi harus berlangsung sampai benar-benar lengkap pada titik ekuivalen.
3. Beberapa cara harus tersedia untuk menentukannya apabila titik ekuivalen dicapai.
4. Diharapkan bahwa reaksi berlangsung cepat sehingga titran dapat berlangsung dalam beberapa menit.
(Underwood, 1998 )
Titik dimana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi, secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis ( titik ekuivalen ). dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi. ( Sukrimah, 1990 ).
Dalam percobaan ini kita diminta mengetahui kadar sakarin dalam minuman sachet ( marimas ) kita ketahui sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida benzoat, karena strukturnya berbeda dengan karbohidrat sakarin tidak menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih manis daripada sukrosa, dengan perbandingan rasa manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa. Sakarin mengalami hidrolisa dalam suasana alkalis menjadi asam O-sulfamoil-benzoat atau dalam suasana asam akan menjadi asam ammonium O-sulfo-benzoat. Sakarin sulit larut dalam air, oleh karena itu senyawa ini sering digunakan dalam bentuk garam ( Na-sakarin ). Na-sakarin biasanya digunakan sebagai pemais dalam sampel minuman ringan. ( artikel.blogspot.com )
III. ALAT DAN BAHAN

3.1. Alat-alat
- Erlenmeyer
- Labu takar 250,0 ml
- Corong pemisah
- Gelas beker
- Gelas ukur
- Buret
- Statif
- Pipet volume 25,0 ml
- Pipet tetes
- Pemanas

3.2. Bahan-bahan
 Marimas
 Aquades
 10,0 ml HCl pekat
 30,0 ml eter
 3,00 ml aseton
 Larutan NaOH
 Larutan asam oksalat

IV. DATA PENGAMATAN

 1,00 ml NaOH 0,05 N ~ 10,26 mg Na-sakarin
~ 9,160 mg asam sakarin
 Standarisasi NaOH

Titrasi ke- V ( COOH )2 . 2H2O V NaOH
1. 5,00 ml 11,50 ml
2. 5,00 ml 11,20 ml
Rata-rata 5,00 ml 11,35 ml

N1 . V1 = N2 . V2

N NaOH = =


=

= 0,0440 N

 Kadar Na-sakarin

= ml Titrasi x x 10,26 mg x

= 0,7 ml x x 10,26 mg x 10,0 ml

= 0,7 ml x 0,88 x 10,26 mg x 10,0ml
= 63,2016 mg/sachet



V. PEMBAHASAN

Pada paraktikum penetapan kadar sakarin kali ini metode yang digunakan adalah ekstraksi dan titrasi.
Ekstraksi merupakan proses pelarutan satu atau sejumlah penyusun atau campuran ke dalalm pelarut sehingga penyusun-penyusun tersebut terpisah dari penyusun lain yang tidak larut dalam pelarut itu atau dengan istilah lain ekstraksi merupakan proses pemisahan komponen berdasarkan dua fasa cair yang berbeda.
Larutan yang diekstraksi pada praktikum kali ini adalah laruta marimas dengan eter. Pelarut organik yang digunakan adalah eter karena eter merupakan salah satu pelarut organik yang tidak bisa bercampur dengan air. Pada percobaan kali ini yang akn ditetapakan berapa mg sakarin yan terdapat pad sampel ( marimas). 1 gram sakarin dapat larut dalam 290 ml air dalam suhu kamar atau dalam 25,0 ml air mendidih. Sakarin mudah larut dalam alkali karbonat dan sedikit larut ( sukar ) dal kloroform atau eter.
25,0 ml larutan marimas, 10,0 ml HCl pekat dan 10,0 ml eter yang sudah di masukkan ke corong pemisah kemudian kita kocok dengan hati-hati dengan memiringkan corong pemisah. Karena pengocokan akan menimbulkan sedikit panas dan menyebabkan tekanan uap dalamcorong pemisah naik, maka tekanan uap dapat dihilangkan dengan cara membuka kran bagian bawah. Kemudian setelah larutan sampel dan eter dikocok maka didiamkan supaya kedua larutan yang telah bercampur terpisah menjadi dua lapis, larutan sampel ( marimas ) berada diatas sedangkan eter berada dibawah karena berat jenis eter lebih besar daripada air. Ekstraksi dilakukan sebanyak tiga kali dengan setiap kali ekstraksi di tambah 10,0 ml eter. Ketika sudah dilakukan ekstraksi berulang-ulang maka hasil dari ekstraksi dikumpulkan dan diekstraksi lagi denga 10,0ml aquades kemudian diuapkan sehingga yang tersisa adalah residunya saja.
Dari residu yag telah di dapat di tambah dengan 3,00 ml aseton, 2,00 ml aquades dan indikator BTB kemudian dititrasi dengan larutan NaOH yang sudah distandarisasi dengan asam oksalat smapi terjadi perubahan warna dari bening menjadi biru.
Daripercobaan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh :
 N NaOH = 0,0440 N
 ml titrasi = 0,7 ml
 Kadar Na-sakarin = 63,2016 mg/sachet

VI. KESIMPULAN
 Uji penetapan kadar sakarin melibatkan dua metode yaitu ekstraksi dan titrasi
 Intensitas rasa manis pada garam Na-sakarin kira-kira 400 kali lebih tinggi daripada sukrosa
 kadar sakarin pada minuman ringan ( marimas ) sebesar 63,2016 mg/sachet.
 Ketika sampel minuman ringan, HCl dan eter diekstrasi larutan sampel beada diatas dan eter berada dibawah karena berat jenis eter lebih besar daripada berat jenis air.
 Pada saat titrasi indikator yang digunakan adalah indikator BTB

PRAKTIKUM KIMIA XII TETANG KHASIAT BUNGA ROSELLA

Variasi pengembangan metode pembelajaran yang kreatif terutama pada mata pelajaran kimia telah mendorong terobosan dalam perkembangan pelajaran kimia yang realistik dan memberikan manfaat ekonomis, yang dimaksud dengan manfaat ekonomi disini adalah nilai jual Rosella merah sebagai sebuah produk baik bahan mentah ataupun jadi dalam bentuk makanan seperti teh, selai, sirup sangat tinggi. Sehingga mampu meningkatkan ekonom melalui peningkatan pendapatan masyarakat., dalam bab makromolekul rosella mengadung berbagai macam makromolekul sepeti :

Pada 100 g, buah rosella mengandung
49 calories,
84.5% H2O,
1.9 g protein,
0.1 g fat,
12.3 g karbohidrat,
2.3 g serat,
1.2 g abu,
1.72 mg Ca,
57 mg P, 2.9 mg Fe, 300 mg setara b-carotene, dan 14 mg asam ascorbic.

Dalam tiap 100 g kelopak rosella, mengandung :
44 Kalori, 86.2% H2O, 1.6 g protein,O.l g lemak,
11.1 g karbohidrat, 2.5 g serat, 1.0 g abu,
160 mg Ca, 60 mg P, 3.8 mg Fe, 285 mg setara beta carotene,
0.04 mg thiamine, 0.6 mg riboflavin, 0.5 mg niacin, dan 14 mg asam ascorbic
7.6% moisture,
24.0% protein, 22.3% lemak, 15.3% serat, 23.8% N-free extract,
7.0% abu, 0.3% Ca, 0.6% P, dan 0.4% S.

Pada tiap 100 g daun rosella mengandung:
43 Kalori,
85.6% H2O,
3.3 g protein,
0.3 g lemak,
9.2 g karbohidrat,
1.6 g serat,
1.6 g abu,
213 mg Ca, 93 mg P, 4.8 mg Fe, 4135 mg setara beta carotene,
0.17 mg thiamine, 0.45 mg riboflavin, 1.2 mg niacin, and 54 mg asam ascorbic.

Warnanya yang cantik tanpa zat pewarna, rasanya sedikit masam, manis bercampur nikmat alami lagi. Ternyata dibalik kelezatanya, teh merah mempunyai beribu khasiat yang luar biasa banyaknya. Apalagi setelah diadakan beberapa penelitian di lab kimia SMA WH-2 Taman dan hasilnya sungguh mengejutkan, banyak sekali manfaat dan khasiat pada teh merah rosella, yang tidak di temukan pada teh teh yang lain. Hal inilah yang membuat nama teh merah booming di masyarakat, tidak hanya di Indonesia tapi sudah tersebar ke manca negara. Kami memanfaatkan bubuk atau Teh Rosella / Calyx Rosella bermanfaat menurunkan tekanan darah. Mekanisme kerjanya (senyawa aktifnya membantu melancarkan peredaran darah dengan mengurangi derajat fiskositas (kekentalan) darah, dengan begitu kerja jantung memompa darahpun semakin ringan dan otomatis tekanan (darah) rendah. Semua itu tak lepas dari peran asam organic polisakarida dan flafonoid yang terkandung di dalamnya.

Tanaman Rosella ( Hibiscus sabdariffa) yang dulu hanya ditanam sebagai penghasil serat dan mulai ditinggalkan, kini kembali populer sejak diketahui banyak manfaat lain yang lebih hebat. Dalam pengolahannya, kelopak bunga Rosella bisa dibuat sari buah, teh herbal, sirup, selai, campuran salad, pudding, asinan, dan aneka minuman segar. Sebagai obat tradisional, Rosella berkhasiat sebagai antiseptic, aprodisiak, pelarut, sedative dan tonik. Tanaman Rosella memiliki manfaat yang sangat besar dalam menjaga kesehatan tubuh. Bunga yang berasal dari India dan Afrika ini mempunyai banyak kelebihan yaitu mengandung kalsium, vitamin C, D, B1, B2, Magnesium, Omega-3, beta-caroten, dan 18 asam amino essensial untuk tubuh, diantaranya lysine dan agrinine. Kandungan vitamin C yang ada pada bunga Rosella 3x lipat dari anggur hitam, 9x lipat dari jeruk citrus dan 10x lipat dari buah belimbing.
Agak berbeda dengan minuman teh yang lain, teh Rosella ini memiliki rasa yang lebih menyerupai rasa sirup yang segar, terlebih jika ditambah gula atau madu. Diharapkan kehadiran teh Rosella ini bisa memberika sajian yang tidak hanya nikmat, tetapi juga menyehatkan serta meningkatkan stamina. Bisa disajikan dalam keadaan hangat maupun dingin sehingga sangat cocok sebagai sajian sehat istimewa keluarga anda.

Khasiat dari bunga Rosella diantaranya sebagai berikut :

  • Bersifat detoksifikasi, menetralkan racun
  • Menurunkan tekanan darah
  • Menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes
  • Menghambat tumbuhnya kanker
  • Menjaga stamina
  • Menurunkan kolesterol dalam darah
  • Menyeimbangkan berat badan
  • Mengurangi panas dalam dan susah BAB
  • Menurunkan tingkat penggumpalan lemak di hati
  • Mengurangi pusing / migraine
  • Mengandung multivitamin, termasuk vit.C dan Beta karoten
  • Membantu memulihkan dari ketergantungan obat

Sehingga dengan melalui metode praktikum makromolekul rosella, kami dapat memproduksi teh, sirup, dan selai yang dapat di jual dan bermanfaat bagi perkembangan belajar marketing dan produksi siswa kami.

Prosedur Praktikum di Laboratorium

Kegiatan praktikum memang sangat menyenangkan. Kadangkala, karena terlalu asyik siswa menjadi kurang hatihati. Padahal dalam praktikum kadang digunakan alat dan bahan yang harus diperlakukan dengan hati-hati, misalnya karena mudah pecah atau bahkan berbahaya. Kecelakaan pada saat praktikum dalam laboratorium dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang digunakan. Bahan-bahan kimia ada yang mudah terbakar, beracun, korosif (merusak), dan mudah meledak. Sekarang akan dibahas mengenai sifat bahan-bahan kimia tersebut satu persatu. Hal ini dilakukan agar kamu dapat lebih hati-hati dan menghindari bahaya yang dapat terjadi.

18 - Keselamatan Kerja 1

1. Bahan Kimia yang Mudah Terbakar

Dalam kegiatan praktikum mungkin digunakan spiritus, alkohol, dan eter. Tahukah kamu bagaimanakah sifat bahanbahan tersebut? Bahan-bahan tersebut merupakan bahan kimia yang mudah terbakar. Bahan kimia yang mudah terbakar memiliki ciri sebagai berikut.

a. Mudah menguap dan uapnya mudah terbakar. Oleh karena itu, jika kamu membiarkan wadah bahan-bahan tersebut terbuka, terdapat dua kerugian. Pertama, bahan tersebut akan habis menguap. Kedua, uap tersebut dapat menimbulkan bahaya kebakaran.

b. Uap bahan kimia tersebut tidak kelihatan dan mudah menyebar ke seluruh ruangan, tetapi sebagian besar berada di permukaan lantai karena lebih berat daripada berat udara biasa. Oleh karena itu, jika terjadi kebakaran, api akan timbul dari bawah. Agar tidak terjadi kebakaran, bahan kimia yang mudah terbakar tidak boleh dipanaskan langsung. Untuk memanaskan bahan kimia yang mudah terbakar, harus digunakan penangas air. Dengan cara demikian larutan tersebut tetap panas namun tidak akan terbakar sebab yang mengalami kontak langsung dengan api adalah penangas airnya. Jika kebakaran terlanjur terjadi, maka api yang ada harus segera dipadamkan. Nyala api yang kecil bisa dipadamkan dengan kain basah, tetapi jika api besar gunakan alat pemadam kebakaran. Laboratorium yang baik harus menyediakan alat pemadam kebakaran untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Bahan Kimia yang Beracun

Formalin merupakan salah satu bahan kimia yang sering digunakan di laboratorium untuk mengawetkan suatu spesimen. Formalin merupakan salah satu contoh bahan beracun. Selain formalin, masih ada beberapa bahan kimia beracun lainnnya yang sering digunakan di laboratorium, misalnya klorin dan arsen. Efek racun dari bahan kimia akan dapat dirasakan jika bahan kimia ini masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang melebihi batas normal. Bagaimana bahan kimia beracun dapat masuk ke dalam tubuh? Ada tiga kemungkinan masuknya bahan kimia beracun ke dalam tubuh, yaitu sebagai berikut.

a. Melalui mulut. Hal ini dapat terjadi jika kita makan atau minum saat praktikum atau bisa juga jika setelah praktikum kita makan atau minum, tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

b. Melalui kulit. Dapat terjadi jika terjadi kontak langsung bahan kimia dengan kulit.

c. Melalui pernapasan. Bahan kimia ini jika terisap saat bernapas akan merusak organ pernapasan (paruparu) sehingga sistem pernapasan akan terganggu. Jika terbawa oleh darah maka organ-organ lain pun akan rusak karena darah akan tersebar ke seluruh tubuh.

18 - Keselamatan Kerja 2

Guna menghindari agar tidak terkena bahan kimia beracun, gunakanlah sarung tangan untuk menghindari kontak bahan kimia dengan kulit. Jangan makan dan minum saat praktikum berlangsung serta cuci tangan hingga bersih jika praktikum telah selesai. Jika perlu, gunakan masker penutup hidung dan mulut untuk mencegah terisapnya bahan kimia saat bernapas. Jika terjadi kontak langsung bahan kimia dengan kulit, segera cuci tangan dengan air dan sabun.

3. Bahan Kimia yang Korosif

Pernahkah kamu mendengar seseorang yang terkena air keras sehingga wajah dan tubuhnya rusak? Bahan yang disebut oleh masyarakat awam sebagai air keras sesungguhnya adalah asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat merupakan salah satu bahan kimia yang bersifat korosif dan banyak digunakan di laboratorium. Selain asam sulfat, sesungguhnya masih banyak lagi bahan yang bersifat korosif yang banyak digunakan di laboratorium, misalnya asam klorida (HCl) dan asam peroksida (H2O2).

18 - Keselamatan Kerja 3

Bahan kimia korosif sesungguhnya tidak mudah terbakar, namun jika mengalami kontak dengan bahan lain dapat menimbulkan reaksi yang menghasilkan panas. Oleh karena itu, jika bahan korosif terkena bahan kimia yang mudah terbakar maka akan mudah timbul panas atau nyala api. Jika ada bagian tubuh yang terkena bahan kimia korosif, efeknya akan cepat terasa dan terlihat. Kulit yang terkena bahan kimia ini akan mengalami kerusakan, memerah, perih, gatal, atau mengalami peradangan.

Guna menghindari bahan kimia korosif, diperlukan kehati-hatian dalam menuangkan bahan-bahan tersebut. Saat praktikum, gunakan sarung tangan dan kacamata pelindung serta jas laboratorium. Namun, jika terjadi kontak dengan tubuh kita, maka segera cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Kemudian, segera bawa ke dokter untuk diberi tindakan selanjutnya.

18 - Keselamatan Kerja 4

4. Bahan Kimia yang Mudah Meledak

Sesungguhnya jenis bahan kimia yang dapat meledak dengan sendirinya sangatlah sedikit. Namun, ada banyak bahan kimia yang jika diperlakukan kurang tepat, misalnya disimpan pada tempat yang tidak cocok atau tercampur dengan bahan lain, dapat sangat mudah meledak. Ledakan akibat bahan kimia jenis ini terjadi oleh beberapa sebab, diantaranya lain sebagai berikut.

a. Jika bahan kimia ini disimpan di tempat yang terlalu panas atau terlalu lembap.

b. Adanya pencampuran dengan bahan kimia lain yang mengakibatkan reaksi yang menghasilkan panas dan memicu ledakan.

c. Prosedur yang salah saat praktikum, misalnya salah men campur bahan atau salah memperlakukan bahan yang mudah meledak.

Praktikum dengan bahan ini, harus dilaksanakan di tempat terbuka. Gunakan masker untuk melindungi muka. Orang yang melakukan praktikum harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang bahan-bahan kimia agar tidak terjadi kesalahan prosedur saat praktikum.

Praktikum Protein

UJI PROTEIN (KELAS XII)
Tujuan :
  1. Mengetahui adanya ikatan peptida dalam protein dengan tes biuret.
  2. Mengetahui adanya inti benzena dengan uji Xanthoproteat.
  3. Mengetahui adanya ikatan belerang (S) dengan uji Timbal asetat.
Alat dan Bahan :
Alat dan Bahan
Gelas kimia Agar-agar
Pipet tetes Gelatin
Tabung reaksi Kapas
Penjepit tabung Larutan Tembaga (II) asetat 1% (CuSO4)
Kaki 3 dan kasa Larutan Natrium hidroksida 6 M (NaOH)
Spatula kaca Larutan Natrium hidroksida 3 M (NaOH)
Gelas Ukur Larutan Timbal (II) asetat {Pb (CH3COO)2}
Susu Larutan CH3COOH 3 M
Cara Kerja :
  1. Uji biuret
Jika positif (+) akan berwarna ungu.
  • Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan ± 2-3 tetes CuSO4. Kemudian masukkan 1 ml NaOH 0,1 M. amati perubahan yang terjadi.
  • Ulangi cara kerja tersebut menggunakan susu, gelatin, agar-agar, dan kapas. Bila ada yang tidak larut setelah ditambahkan NaOH, panaskan dahulu beberapa menit hingga semua larut, lalu dinginkan.
  1. Tes Xanthoproteat
Untuk mendeteksi ada tidaknya inti benzena.
Jika positif (+) berwarna kuning jingga.
  • Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes HNO3 pekat, panaskan selama ± 2 menit. Kemudian dinginkan, setelah dingin masukkan NaOH 6 M tetes demi tetes hingga berlebih. Amati perubahan yang terjadi.
  • Ulangi cara kerja tersebut dengan menggunakan susu, gelatin, agar-agar, dan kapas.
  1. Uji Timbal asetat
Untuk menguji ada tidaknya ikatan belerang (S).
Jika positif (+) akan berwarna kehitaman.
  • Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml NaOH 6 M dan panaskan ± 2 menit. Kemudian dinginkan, setelah itu masukkan 2 ml CH3COOH 3 M. tutup tabung reaksi dengan kertas saring yang sudah dibasahi dengan Pb(CH3COO)2. Panaskan ± 2 menit. Amati perubahan yang terjadi.
  • Ulangi langkah kerja tersebut menggunakan susu, gelatin, agar-agar, dan kapas.
Hasil Pengamatanm :
Bahan Uji Biuret Uji Xanthoproteat Uji Timbal asetat
Putih telur Ungu (+) Oranye (+) Tidak hitam (-)
Susu Ungu (+) Oranye (+) Hitam (+)
Gelatin Ungu (+) Kuning (+) Hitam (+)
Agar-agar Ungu (+) Oranye (+) Hitam (+)
Kapas Biru (-) Putih bening (-) Hitam (+)
Kesimpulan :
  1. Ikatan peptida bereaksi dengan larutan biuret akan berwarna ungu. Sedangkan yang tidak berwarna ungu berarti mengandung glikosida.
  2. Inti benzena bereaksi dengan larutan Xanthoproteat akan berwarna kuning jingga.
  3. Ikatan S bereaksi dengan larutan Timbal asetat akan berwarna hitam pada kertas saring.

Praktikum Halogen

HALOGEN (KELAS XII)
Tujuan : Mempelajari daya oksidasi halogen terhadap Fe2+ dan daya reduksi ion halide terhadap Fe3+.
Alat dan Bahan :
Alat dan Bahan Ukuran/satuan Jumlah
Tabung reaksi - 8
Rak tabung reaksi - 1
Pipet tetes - 9
Larutan Klorin - 1 ml
Larutan Bromin - 1 ml
Larutan Iodin - 1 ml
Larutan Besi (II) sulfat 0,1 M 2 ml
Larutan Besi (III) sulfat 0,1 M 2 ml
Larutan Natrium klorida 0,1 M 1 ml
Larutan Natrium bromide 0,1 M 1 ml
Larutan Kalium Iodida 0,1 M 1 ml
Larutan Kalium tiosianat (KSCN) 0,1 M 2 ml

Cara Kerja :
  1. Membedakan ion Fe2+ dan ion Fe3+.
Ambil dua tabung reaksi, masukkan 10 tetes larutan FeSO4 0,1 M ke dalam tabung pertama dan masukkan 10 tetes larutan Fe2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung kedua. Tambahkan 5 tetes larutan KSCN 0,1 M pada masing-masing tabung, guncangkan tabung, amati, dan catat pengamatan Anda.
  1. Daya oksidasi halogen.
  2. Siapkan tiga tabung reaksi bersih dan masukkan ke dalam tabung reaksi berturut-turut 10 tetes larutan Klorin pada tabung pertama, 10 tetes larutan Bromin pada tabung kedua, 10 tetes larutan Iodin pada tabung ketiga, dan amati warna tabung masing-masing larutan. Kemudian tambahkan pada masing-masing tabung reaksi 10 tetes larutan FeSO4 0,1 M.
  3. Apakah pada ketiga tabung di atas terjadi oksidasi ion Fe2+ ujilah dengan larutan KSCN 0,1 M masing-masing 3 tetes. Catat warna setelah ditambah dengan larutan KSCN 0,1 M. untuk mengetahui banyak sedikitnya ion Fe3+ yang ada dalam tabung dapat dilakukan dengan menambah aquades pada tabung reaksi yang berisi ion Fe3+ hingga penuh.
    1. Daya reduksi halida.
Ambil tiga tabung reaksi dan masukkan 10 tetes larutan Fe2(SO4)3 0,1 M ke dalam masing-masing tabung reaksi, kemudian 10 tetes larutan NaCl 0,1 M ke dalam tabung 1, 10 tetes larutan NaBr 0,1 M ke dalam tabung 2, 10 tetes larutan KI 0,1 M ke dalam tabung 3, bandingkan warna. Cermati dan catat mana yang terjadi reduksi ion Fe3+.
Hasil Pengamatan :
  1. Membedakan ion Fe2+ dan ion Fe3+
Larutan Senyawa Besi Perubahan Warna setelah Penambahan Larutan KSCN
FeSO4 atau Fe2+ Pekat
Fe2(SO4)3 atau Fe3+ Lebih pekat
  1. Daya pengoksidasi halogen
Larutan Halogen Perubahan Warna setelah Penambahan
Larutan FeSO4 Larutan Fe2(SO4)3
Cl2 Bening Coklat kemerahan
Br2 Bening Coklat oranye
I2 Coklat Coklat pekat
  1. Daya reduksi halide
Warna Larutan Fe2(SO4)3 Ditambah Larutan Perubahan yang Terjadi
Bening NaCl Kuning muda
Bening NaBr Kuning oranye
Bening KI oranye
Dasar Teori :
Halogen berasl dari bahasa Yunani yang berarti “pembentuk garam”. Dinamai demikian karena unsure-unsur tersebut bereaksi dengan logam membentuk garam. Unsure-unsur halogen mempunyai 7 elektron valensi pada subkulit ns2 np5. Konfigurasi elektron yang demikian membuat unsur-unsur halogen bersifat sangat reaktif. Halogen cenderung menyerap 1 elektron membentuk ion bermuatan negatif satu.
Dalam bentuk unsur, halogen (X) terdapat sebagai molekul diatomik (X2). Molekul X2 mengalami disosiasi menjadi atom-atomnya. X2(g) → 2 X(g). Pada suhu kamar, fluorin dan klorin berupa gas, bromin berupa zat cair yang mudah menguap, sedangkan iodin berupa zat padat yang mudah menyublim. Halogen mempunyai warna dan aroma tertentu. Fluorin berwarna kuning muda, Klorin berwarna hijau muda, Bromin berwarna merah tua, Iodin padat berwarna hitam, sedangkan uap Iodin berwarna ungu. Semua halogen berbau rangsang dan menusuk, serta bersifat racun. Kata Klorin, Iodin, dan Bromin berasal dari bahasa Yunani yang artinya berturut-turut adalah hijau, violet (ungu), dan bau pesing (amis). Larutan halogen juga berwarna. Larutan Klorin berwarna hijau muda, larutan Bromin berwarna coklat merah, dan larutan Iodin berwarna coklat. Dalam pelarut tak beroksigen, seperti Tetraklorida (CCl4) atau Kloroform, Iodin berwarna ungu.
1) Reaksi halogen dengan logam.
X2 + L → I A LX
II A LX2
III A LX3
2) Reaksi halogen dengan hidrogen.
H2 + X2 → 2 HX
3) Reaksi halogen dengan nonlogam dan metalloid tertentu. Reaksi dengan Fosfarus, Arsen, dan Antimon menghasilkan trihalida jika halogennya terbatas, atau pentahalida jika halogennya berlebihan.
P4 + 6 Cl2 → 4 PCl3
P4 + 10 Cl2 → 4 PCl5
4) Reaksi halogen dengan air.
X2 + H2O → HX + O2
5) Reaksi halogen dengan basa Klorin, Bromin, dan Iodin mengalami reaksi disproporsional dalam basa.
6) Reaksi antarhalogen.
X2 + n Y2 → 2 XYn
Hasil Pengamatan :
  1. Membedakan ion Fe2+ dan ion Fe3+
Larutan Senyawa Besi Perubahan Warna + Larutan KSCN
FeSO4 atau Fe2+ Merah coklat
Fe2(SO4)3 atau Fe3+ Merah coklat (lebih tua)
  1. Daya oksidasi halogen
Larutan Halogen Perubahan Warna setelah Penambahan
Larutan FeSO4 Larutan Fe2(SO4)3
Cl2 Putih bening Lebih tua
Br2 Kuning jernih Agak muda
I2 Merah betadine Lebih muda
  1. Daya reduksi halide
Warna Larutan Fe2(SO4)3 Ditambah Larutan Perubahan Warna yang Terjadi
Bening NaCl Lebih tua dibanding Cl2
Bening NaBr Lebih tua dibanding Br2
Bening KI Lebih muda dibanding I2
Kesimpulan :
  1. Daya reduksi halogen dari Cl ke I makin bertambah terlihat dari warna larutan yang semakin tua sehingga mendekati larutan Fe2(SO4)3 padahal warna yang diharapkan menuju FeSO4.
  2. Daya oksidasi halogen dari Cl ke I makin berkurang terlihat dari warna larutan yang semakin muda sehingga mendekati larutan FeSO4 padahal warna yang diharapkan menuju Fe2(SO4)3

Praktikum REAKSI REDOKS II

REAKSI REDOKS II (KELAS X)

Tujuan : Mengetahui reaksi redoks pada beberapa logam dengan larutan.
Alat dan Bahan :
  1. Gelas kimia 250 ml.
  2. Logam seng.
  3. Paku besi.
  4. Larutan CuSO4 1 M.
Cara Kerja :
  1. Siapkan alat dan bahan.
  2. Masukkan larutan CuSO4 sebanyak 100 ml ke dalam gelas kimia 250 ml.
  3. Siapkan sepotong logam seng berukuran ± 4×2 cm yang telah diamplas bersih. Kemudian masukkan ke dalam larutan CuSO4.
  4. Amati perubahan yang terjadi.
  5. Lakukan kembali percobaan seperti di atas dengan menggunakan logam besi.
Pengamatan :
  1. Seng yang berada di dalam larutan CuSO4 berubah menjadi berkarat dan menjadi rapuh (rontok).
  2. Paku dalam larutan CuSO4 menjadi berkarat.
Kesimpulan :
Seng pada larutan CuSO4 menjadi berkarat, hal ini membuktikan adanya reaksi redoks. Begitu pula pada paku. Paku dan larutan CuSO4 mengalami reaksi redoks. Terbukti dari adanya perubahan biloks (reduksi/oksidasi) dan paku menjadi berkarat.

Praktikum TITRASI ASAM BASA

TITRASI ASAM BASA (KELAS XI)
Tujuan :
  1. Menentukan konsentrasi NaOH dengan cara menetrasikan larutan HCl yang volume dan konsentrasinya tertentu dengan larutan NaOH yang akan ditentukan konsentrasinya.
  2. Membuat kurva titrasi.
Alat dan Bahan :
Alat dan Bahan
1. Buret dan statif 5. Corong
2. Labu elmeyer 6. Larutan HCl 0,1 M
3.Gelas ukur 7. Larutan NaOH x M
4. Gelas kimia 8. Indikator PP
Cara Kerja :
  1. Mengambil HCl 0,1 M sebanyak 20 ml lalu tuangkan ke dalam labu elmeyer dan beri 2-3 tetes indikator PP.
  2. Mengambil NaOH secukupnya dengan gelas kimia lalu tuangkan menggunakan corong ke dalam buret setelah ditutup krannya sampai angka nol (0).
  3. Membuka kran sedikit demi sedikit sehingga NaOH menetes ke labu elmeyer yang berisi HCl sambil diguncang-guncangkan. Menghentikan tetesan NaOH sampai warna larutan di labu elmeyer tepat akan merah.
Pengamatan :
No. Volume HCl 0,1 M Volume NaOH x M
1. 20 ml 17,5 ml
2. 20 ml 17 ml
3. 20 ml 17,5 ml
Rata-rata 52/3 = 17,3 ml
  • Warna larutan tepat akan merah TAT (Titik Akhir Titrasi)
HCl penetralan (H2O)
V1.M1 = V2.M2
20.0,1 = 17,3.M2
M2 = 0,12 M
20 ml NaOH + 20 ml HCl → NaCl + H2O
M : 2,4 2
B : 2 2 2 2
S : 0,4 0 2 2
[NaOH] = 0,4/40 = 0,01
[OH-] = 10-2
pOH = 2
pH = 12
Kurva :
Volume NaOH 0,1 M Volume HCl pH Campuran
0 ml 20 ml 1
5 ml 20 ml 2 – log 56
10 ml 20 ml 2
15 ml 20 ml 3 – log 5
20 ml 20 ml 12
25 ml 20 ml 12 + log 2
30 ml 20 ml 11 + log 32
35 ml 20 ml 12 + log 4
40 ml 20 ml 12 +log 46
45 ml 20 ml 11 + log 52
50 ml 20 ml 11 + log 57
Kesimpulan :
  • Titrasi asam basa adalah titrasi yang berdasarkan reaksi penetralan asam dan basa.
  • Titik akhir adalah pH saat indicator berubah warna (tepat akan merah).
  • Kurva titrasi adalah grafik.
  • Titrasi dibagi menjadi 3, yaitu:
- Titrasi asam kuat dengan basa kuat.
- Titrasi asam lemah dengan basa kuat.
- Titrasi basa lemah dengan asam.
  • Jika pH pada asam ditetesi basa maka pH larutan akan naik, dan sebaliknya jika basa ditetesi asam maka pH larutan akan turun.

Praktikum Difusi

Osmosis
Tujuan :
1. Mengamati proses osmosis dengan menggunakan membran epidermis bawang bombay dan epidermis telur
2. menjelaskan perbedaan proses difusi dan osmosis

Alat dan bahan:
1. Pinset
2. sedotan bening transparan dengan diameter yang besar
3. petri dish
4. gelas ukur 10 ml
5. gelas kimia 100 ml
6. Air
8. Silet
9. epidermis bawang bombay
10. epidermis telur (lapisan dalam yang berwarna putih)

Cara kerja:
A. Mengambil membrane semipermeabel epidermis bawang bombai
1. Ambil satu siung bawang bombai
2. Potong bagian tengah bawang dengan menggunakan silet atau cutter
3. Lepaskan lapisan bagian dalam pada dari setiap lapisan bawang bombay

B. Mengambil membran semipermeabel kulit telur
1. ambil satu butir telur ayam
2. lubangi telur tersebut pada bagian ujung, dan keluarkan isinya
3. ketuklah kulit telur tersebt secara perlahan hingga retak
4. lepaskan lapisan kulit yang keras perlahan-lahan hingga tampak lapisan kulit yang berwarna putih. usahakan lapisan kulit putih tersebt tidak robek
5. letakkan epidermis kulit telur tersebut dalam wadah berisi air hingga terendam

C. menyiapkan larutan sirup
1. Buatlah larutan sirup 75%, dengan cara ambil 7.5 ml sirup kemudian tambahkan air hingga volumenya menjadi 10 ml
2. Buatlah larutan sirup 50 % dengan cara ambil 5 ml larutan sirup kemudian tambahkan air hingga 10 ml
3. Buatlah larutan sirup 25% dengan cara ambil 2.5 ml sirup dan tambahkan air hingga 10 ml
4. buatlah larutan sirup 5% dengan cara ambil 0.5 ml sirup dan tambahkan air hingga 10 ml

D. Membuat perangkat percobaan
1. Potong pipa sedotan sepanjang 10 cm
2. tutup salah satu lubang pipa sedotan dengan menggnakan membran kulit telur
3. ikat dengan menggunakan benang jahit yang kuat dan rapat
4. buatlah 5 rangkaian pipa sedotan. Pipa sedotan pertama isi dengan 3 ml larutan sirup 100 % (pekat), pipa sedotan kedua isi dengan 3 ml larutan sirup 75%, pipa ke tiga isi dengan larutan sirup 50 %, pipa ke empat isi dengan larutan sirup 25 % dan pipa sedotan ke lima isi dengan larutan sirup 5%.
5. letakkan ke-5 pipa sedotan tadi di dalam gelas kimia yang berisi air biasa
6. amati peribahan ketinggian air sirup dengan interval waktu 5 menit selama 3 kali pengukuran
7. catat hasil pengamatanmu pada tabel hasil pengamatan
8. Ulangi hal yang sama untuk pipa sedotan yang di bungkus oleh epidermis bawang bombay

Tabel hasil pengamatan

Pertanyaan!
1. Bagaimanakah perubahan ketinggian air pada masing-masing pipa sedotan?
2. Pipa sedotan mana yang mengalami perubahan ketinggian air begitu cepat? mengapa demikian, jelaskan jawabanmu!
3. Pipa sedotan mana yang mengalami perubahan ketinggian air begitu lambat? mengapa demikian?
4. Bandingkan pipa sedotan dengan membran kulit telur dan membran epidermis bawang bombay yang masing-masing berisi larutan sirup pekat, pipa sedotan mana yang menunjukkan perubahan ketinggian air paling cepat?
5. Menurut pendapatmu peristiwa apa yang ditunjukkan pada kegiatan ini? mengapa dan jelaskan!

DOWNLOAD KISI-KISI UJIAN NASIONAL 2018 SMP/MTS SMA/MA/ SMK/MAK

Berbeda dengan tahun sebelumnya, untuk pertama kalinya pemerintah lebih awal merilis dan mempublikasikan Kisi-kisi untuk Ujian Nasional tahu...