Seorang pembelajar dapat berpikir logis yang ditandai dengan kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Kemampuan tersebut mengacu pada teori Bloom yang sangat terkenal dan telah diaplikasikan secara luas dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Pembelajar juga menguasai ilmu pengetahuan yang ditandai dengan menguasi fakta, konsep, prosedur, dan metakognitif. Penguasan fakta menjadi bagian penting dalam penerapan K-13 bagi siswa dan guru. Pengenalan fakta juga sangat pending bagi kepala sekolah dan pengawas. Mencatat fakta sebagai seperti : (1) lima orang siswa bertanya tentang materi pelajaran (2) siswa berkolaborasi merumuskan masalah (3) siswa menunjukkan beragam argumentasi, (4) siswa mengolah informasi yang didapatnya menjadi karya bersama. Catatan seperti itu menjadi bahan bukti bahwa proses belajar siswa aktif. Di samping itu, fakta menjadi landasan penilaian. Dengan fakta semacam ini, kepala sekolah atau pengawas dapat mengukur pemenuhan standar yang mengacu pada kriteria.
Seorang pembelajar menguasai penerapan pengetahuan yang ia miliki. Menguasai langkah-langkah yang harus dilakukannya seperti seorang siswa menguasai langkah-langkah yang logis dalam memecahkan soal matematika. Seperti, seorang guru yang mendorong siswa menghimpun fakta dari fenomena yang mereka angkat dari kehidupan, merumuskan masalah, mengeksplorasi informasi untuk menyelesaikan masalah, dan membangun pengalaman menangani proses yang tepat untuk mendapatkan karya. Berkativitas dan berkarya bagaikan penjahit yang memilih kain, memotong kain, menjahit, dan menunjukkan pakaian yang telah dibuatnya.
Pembelajar belajar dari pengalaman yang dibangunnya. Pengetahuan tentang teorinya bertambah, interaksi dengan sesamanya menyebabkan dia tahu posisi hasil karyanya. Kualitas dilihatnya dari mutu produk sejenis yang dihasilkan orang-orang. Semakin kuat keunggulan dari produk sejenis, maka makin tinggi karya yang dihasilkan. Pembelajar juga belajar dari kegagalan dan keberhasilannya dalam proses kerja. Darinya ia belajar untuk memperbaiki proses kerjanya. Karena itu, mencatat berbagai hal yang penting menurut dirinya menjadi masukan berharga dalam memperbaiki pekerjaan. Bagaikan dokter yang memiliki kartu catatan individu pasiennya. Dokter tahu efektivitas kerjanya, dan ketidakberdayaannya dalam menangani pasiennya, sekali pun kematian bukan bagian dari kuasanya.
Mestinya guru juga punya catatan seperti dokter yang sedang merawat pasiennya. Darinya ia belajar, darinya ia menambang pengetahuan, darinya ia menulis laporan tentang keberhasilan. Karena itu laporan best practice dipandang penting karena guru pembelajar dapat memperoleh pengatahuan tentang efektivitas kerjanya dalam memfasisiltasi siswa belajar. Ketajaman daya analisisnya diasah saat ia membicarakan pengalaman terbaiknya dengan teman sejawatnya. Saling bertukar pengalaman, saling bertukar terori, saling bertukar ide, saling belajar, itulah proses metakognitif yang sesungguhnya. Belajar tentang cara belajar untuk memperbaiki proses kerjanya dan meningkatkan hasil kerjanya.
Pembelajar adalah insan yang selalu meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki karyanya dengan bantuan teknologi informasi. Darinya dengan mudah ia memperoleh informasi dan menggunakan informasi untuk berinovasi dan berkreasi untuk menghasilkan karya. Yang tekun menyerap informasi belum cukup untuk menyandang predikat pembelajar. Bagi pembelajar informasi yang didapatkannya harus ia gunakan untuk merumuskan informasi baru yang makin besar manfaatnya. Ia selalu menghasilkan O....O.....O.....O..... setiap ia dapatkan hal baru dalam hidupnya.